Mikroskop vs Teleskop

Seorang teman saya pernah memberikan sebuah buku karangan John Piper ketika dia mau kembali ke Amerika setelah kunjungannya di Indonesia. Ketika saya membacanya, ada satu pelajaran yang menarik tentang perbedaan antara mikroskop dan teleskop. Ternyata fungsi kedua alat ini adalah alat untuk melihat benda-benda yang kecil, tapi cara kerja kedua alat ini sangat berbeda satu dengan yang lain. Pertama, kita semua tahu mikroskop adalah alat untuk melihat benda-benda kecil bahkan terkecil sekalipun dapat kita lihat. Cara kerjanya adalah mikroskop memiliki satu lensa yang dapat memperbesar ukuran benda tersebut sehingga menghasilkan ukuran yang cukup besar untuk dilihat oleh mata kita. Sedangkan teleskop berbeda. Teleskop juga adalah alat untuk melihat benda kecil, tetapi yang berbeda adalah alat ini dipakai untuk melihat benda yang terlihat kecil dari mata kita tetapi sesungguh benda ini besar atau sangat besar. Jarak pandanglah yang membuat benda tersebut terlihat kecil. Penemu teleskop menciptakannya untuk melihat benda-benda langit yang jaraknya sangat jauh dari bumi.

Nah, fungsi hidup anak-anak Tuhan bisa saja seperti ini. Apakah kita mau seperti mikroskop atau teleskop? Orang percaya “mikroskop” selalu berpikir bahwa karena mereka melakukan sesuatu maka Tuhan “dipermuliakan” dan merekalah yang membuat Tuhan terlihat besar lewat kehidupan mereka, padahal TIDAK sama sekali. Mereka justru mengecilkan Tuhan dengan cara hidup mereka. Tetapi bertolak belakang dengan orang percaya “teleskop” yang dengan cara hidup mereka menjadi alat penglihat bagi orang lain untuk melihat KEBESARAN TUHAN sesungguhnya lewat cara hidup mereka yang penuh dengan buah-buah Roh Kudus. Tuhan memang sudah besar dan inilah yang harus dilihat orang lain dalam kehidupan orang-orang percaya. Tuhan Yesus sendiri berkata dalam doaNya di Yohanes 17 bahwa Allah yang “mempermuliakan” diriNya lewat hidup Yesus dan Dia mau agar itupun terjadi dalam hidup murid-muridNya. Allah mempermuliakan diriNya lewat hidup kita karena Dia memang mulia dan kudus, bukan kita yang mempermuliakan Dia. Tidak ada satupun dalam hidup kita yang layak mempermuliakan Allah kecuali Allah memakainya sebagai kemuliaanNya. Kita hanya menjadi teleskopnya Allah saja.


Perbedaan antara mikroskop dan teleskop memang sangat tipis dan hampir tidak dapat dibedakan, tetapi perbedaannya adalah fungsi dan cara kerjanya. Fungsi dan cara hidup kitalah yang menunjukkan perbedaan dengan orang lain. Kebesaran dan kedaulatan Tuhan tidak perlu kita tunjukkan, tetapi Tuhan sendiri yang menunjukkan kuasaNya itu dalam dan lewat hidup kita.


Kemuliaan Tuhan dinyatakan dengan cara Tuhan sendiri di dalam kehidupan kita sehingga tidak ada satu orangpun bermegah oleh karena perbuatan itu. Paulus sangat menyadari bahwa keselamatan yang diperolehnya bukan karena dia adalah seorang anggota Sanhedrin atau anak didik Guru Besar Gamaliel, bukan karena dia orang yang terpandai dan paling taat melakukan hukum taurat, atau bukan karena dia melakukan perbuatan baik, tetapi semua karena kasih karunia dan anugerah Tuhan yang melimpah bagi setiap manusia. Dengan kesadaran akan betapa besarnya kasih Allah dalam hidupnya, Paulus tidak pernah bermegah atas apapun yang dia lakukan. Paulus sadar bahwa itulah semua karena Allah yang besar itu bekerja lewat dan dalam hidup dia supaya orang-orang yang dilayaninya tahu akan kebesaran Allah yang tidak tertandingi oleh apapun.


Pertanyaaannya adalah bagaimana cara hidup kita saat ini? Apakah menjadi mikroskop atau teleskop untuk Allah? Apakah kita cukup rendah hati untuk mengakui kebesaran Allah yang dinyatakan lewat kehidupan kita atau apakah kita membanggakan diri karena sudah melakukan satu ayat firman Tuhan saja agar supaya orang melihat kita orang yang taat?

Saudaraku, satu hal yang selalu saya ingat bahwa orang dapat memberi tanpa kasih, tetapi orang yang mengasihi selalu memberi dan Tuhan Yesus telah memberi teladan dalam mengaplikasikan kasih itu kepada kita dengan melakukan kehendak Bapa karena Dia mengasihi Bapa lebih dari apapun sampai rela mati di salibkan untuk anak-anak Bapa yang di dunia ini. Bagaimana kita dapat mengasihi Dia yang telah mengasihi kita seperti itu? Tuhan Yesus berkata bahwa jikalau kita berkata bahwa kita mengasihiNya, kita pasti akan melakukan setiap perkataan yang kita dengar dari Dia (Yoh 14:21), kalau kita mengasihi orang lain maka dunia akan tahu bahwa kita adalah murid-muridNya (Yoh 13:34-35) dan yang paling luar biasa adalah ketika ada seorang Ahli Taurat bertanya kepada Tuhan Yesus hukum mana yang terutama, Tuhan Yesus memberikan hukum kasih yang merupakan inti dari hukum Taurat yang sesungguhnya, yaitu kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap pikiran dan segenap kekuatan dan hukum yang kedua adalah kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri (Mat 12:33; Mat 22:37-39).

Rick Warren dalam sebuah wawancaranya berkata, “Allah lebih tertarik membuat hidup Anda kudus daripada hidup bahagia. Kita dapat menjadi sangat bahagia, namun bukan itulah tujuan hidup.” Maksudnya adalah selama kita hidup kudus dan berkenan pada Allah didalam keadaan dan situasi apapun, kita sudah pasti akan merasa bahagia (Mat 5:3-12).

Be blessed!

Your comment made my day! Thank you so much for your kindness. Please note: I reserve the right to delete comments that are offensive or off-topic.

Share your thoughts

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.